Bajul Mati Segarang Bajul Ijo


Pantai Bajul Mati?  Serem amat ya kedengarannya. Apa disana ada ratu buaya putih seperti di cerita filmnya Suzanna? Atau ada buaya jadi-jadian?

Buat kamu yang belum tahu Bajul Mati, mungkin akan terbayang yang enggak-enggak begitu dengar namanya. Tapi menurut cerita yang sudah kesana, awalnya memang merinding, namun bukannya jadi takut malah bikin penasaran untuk lihat langsung perwujudannya. Jelasnya, Bajul Mati tidak ada hubungannya dengan buaya putih, apalagi Bajul Ijo. Kalau Bajul Ijo kan Persebaya.

Bajul Mati, meski dari dulu mati dan tidak pernah hidup, memang tergolong pantai yang cukup garang. Boleh dibilang mirip Bajul Ijo lah. Buktinya, di Liga 1, Bajul Ijo Persebaya sudah mampu menghantam jala gawang lawan-lawannya 19 kali, sama ganasnya dengan si Maung Bandung. Kalau Bajul Mati garangnya bagaimana?

Perlu diketahui bahwa lokasi Pantai Bajul Mati ada di Malang Selatan. Biasanya kalau disebut pantai selatan langsung terbayang dengan ombak besar sekalipun siang hari. Sebut saja Parangtritis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pelabuhan Ratu di Sukabumi. Sebenarnya untuk Malang Selatan yang lebih dikenal dengan keganasannya adalah Ngliyep. Biarpun tidak sepopuler Ngliyep, soal kegarangan ombak, Bajul Mati sama saja dengan Ngliyep, sama-sama tidak pernah selow.

 Waktu itu saya bersama istri dan kawan-kawanya tiba di lokasi dini hari. Mungkin sekitar jam 2. Sesampainya disana…. Jreeeng…! Tahukah anda apa yang terjadi?


Alhamdulillah nggak terjadi apa-apa sih. Cuma terdengar jelas suara ombak menggulung-gulung dan akhirnya menghantam. Byuuurrrr! Buuummm! Tapi karena suasana gelap, tidak terlihat lautnya. Ditambah kantuk menyerang, jadilah kita istirahat dulu di mobil sambil menunggu masuk Shubuh.

Singkat cerita, setelah shalat Shubuh dan mandi pagi, matahari mulai muncul, terlihatlah bentangan alam Pantai Bajul Mati. Sebagai destinasi wisata, Bajul Mati relatif masih sepi, kalah ramai dengan tetangga dekatnya (Pantai Goa Cina). Karena tidak banyak pengunjung itulah Bajul Mati masih bersih dari sampah-sampah berserakan.

Dari pemandangan yang terlihat itulah akhirnya saya tahu kenapa dinamakan Bajul Mati. Bukan karena ada bajulnya. Tetapi disana ada karang besar yang bentuknya itu persis banget dengan wujud buaya. Karena merupakan benda mati, dinamakanlah pantai itu Bajul Mati.

Tetapi bagaimana ya cara menikmati keindahan pantai yang ombaknya tidak pernah istirahat itu? Ya banyak cara. Tapi yang jelas lebih baik tidak coba-coba berenang di pantai. Cukuplah bermain pasir, membangun istana pasir, lukisan pasir, atau meninggal jejak nama di pasir pantai itu. Terus sebagai kaum doyan narsis, jangan lupa berfoto-foto denga pose membelakangi pantai yang berombak. Tapi ojok kemenyek alias jangan aneh-aneh. Jangan terpikir foto dekat ombak apalagi sambil bergaya seolah-olah punya ilmu pukulan menerjang gelombang. Bisa-bisa bukannya ombak yang diterjang malah orangnya nggak bisa pulang ke rumah.

 Oya, kalau lapar atau pingin cari anget-angetan, disana ada warung jual nasi bungkus, mi instan, dan minuman hangat. Mampir aja, hitung-hitung bantu usaha penjualnya. Sebelum pulang, bagus juga menikmati keindahan ciptaannya berupa sunset alias matahari terbenam pertanda hari mulai malam tetapi tidak terdengar burung hantu yang suaranya merdu.

Bukan hanya dapat kesenangan, dari Bajul Mati siapapun yang datang bisa mengambil pelajaran. Apa yang mau kita sombongkan di atas bumi milik Allah ini? Kekayaan, kedudukan tinggi, kecerdasan? Apalah gunanya kesombongan kalau melawan ciptaan Allah bernama ombak laut saja manusia tidak berdaya.  


 

Komentar