Kemiskinan Tak Menghalanginya Untuk Mencatatkan Kisah 30 Hari Jadi Manfaat

 

Sebut saja Abdullah. Memang bukan itu nama sebenarnya. Dia hanya ingin membagi kisah 30 hari jadimanfaat yang ikut mengisi mosaik hidupnya tanpa ada hasrat untuk melambungkan namanya.

Boleh dikata, Abdullah adalah sosok yang berbeda dari kebanyakan orang zaman ini. Di saat banyak orang yang tanpa malu-malu mengejar ketenaran, dia memilih untuk menepi dari hingar bingar publisitas. Bahkan untuk meminta tambahan rezeki materiil kepada Allah Yang Maha Kuasa pun, dia merasa malu. Dia merasa belum maksimal untuk mensyukuri sedikit rezeki yang sudah diterima.

Abdullah memang belum bisa dikatakan sebagai orang kaya. Hidupnya serba pas-pasan. Sementara daftar hutangnya masih belum semua terlunasi. Tetapi dia lagi-lagi merasa malu untuk minta bagian zakat fitrah ataupun maal dari mereka yang bergelimang harta.

Tetapi bukan berarti hidup Abdullah tidak bermanfaat hanya karena kemiskinannya. Memang dia belum mampu banyak bersedekah harta. Bukan berarti dia bakhil dan tidak meyakini keajaiban sedekah harta  

Realitanya, untuk menghidupi istri dan seorang anak saja dia sangat kekurangan dan sesekali terpaksa mencari pinjaman atau bahkan pemberian. Karena itulah dia memilih memanfaatkan peluang berbagi manfaat dengan ilmu, pikiran ataupun tenaganya.  Soal bagaimana cara Allah membalasnya, apakah dengan 2, 5, 10 atau bahkan 100 kali lipat, dia tidak mau ambil pusing. Abdullah merasa biarlah itu urusan Allah. Tugasnya hanyalah berbuat kebaikan, berbagi manfaat, dan meyakini janjiNya sebagaimana tersurat pada Al Qur’an Surah Al Zalzalah ayat 7: Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat biji dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Sekitar akhir Januari 2022, takdir Allah membuat Abdullah mendapat peluang untuk  menorehkan kisah 30 hari jadi manfaat. Berawal dari pesan Whatsapp dari adiknya yang mengabarkan bahwa ibu mereka sakit keras, Abdullah pun memilih untuk meninggalkan Pasuruan ke Surabaya.

Gejala awalnya memang menunjukkan kalau sakit sang ibu tidaklah berat. Hanya batuk dan sempat diare. Namun di hari suatu Jum’at siang di penghujung Januari 2022, mendadak suhu badannya melonjak hingga 39 derajad. Dugaan tipus atau demam berdarah sempat mengemuka. Akhirnya kedua suadara kandung Abdullah memintanya untuk membawa sang ibu ke Rumah Sakit.

Setiba di Rumah Sakit, banyak pemeriksaan yang dijalani oleh ibunya. Dari tes darah untuk memastikan apakah benar terserang tifus atau demam berdarah, rontgen dada, hingga tes PCR. Ternyata hasil tes darah menyatakan ibu dari Abdullah negatif tifus maupun demam berdarah. Dua hari berikutnya, hasil tes PCR keluar dan menyatakan negatif covid. Sedangkan hasil rontgen menyatakan sang ibu terserang pneumonia atau radang paru-paru.

Selama dua pekan Abdullah dan adiknya merawat ibunya. Abdullah bagian mencuci pakaian, mengambilkan makan dan minum, mencuci peralatan makan, dan sesekali menuntun ibunya jika perlu ke kamar mandi.  

Atas kehendak Allah, di saat ibu Abdullah belum lagi sembuh total, adiknya beserta suami dinyatakan positif covid-19.  Mereka memilih untuk melakukan isolasi mandiri selama dua pekan. Jadlah Abdullah, sebagai satu-satunya orang yang sehat di rumah ibunya itu, mendapat tambahan amanah untuk mengatur urusan logistik buat adiknya beserta suami, selain tetap merawat ibu. Semua dilakukannya sendirian.

Kalau saja Abdullah mau, dia bisa saja protes kepada Allah karena mendapat beban tugas yang tidak bisa dikatakan ringan selama 30 hari itu. Selama itu pula lelaki 40 tahun itu harus terpisah dulu dari istri dan anaknya. Namun mungkin inilah cara Allah agar Abdullah bisa memaksimalkan segala potensinya untuk menjadi manusia bermanfaat sekalipun dilanda kekurangan materi. Inilah kesempatan dari Allah untuk Abdullah agar bisa menjadi khairunnas. Sebuah kesempatan untuk menambah investasi yang buah manisnya bisa dipetik di akhirat kelak. Insyaa Allah.

 

 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”



 

 

Komentar