PT Semen Tonasa Mengusung Spirit Benteng Ujung Pandang

PT Semen Tonasa Mengusung Spirit Benteng Ujung Pandang

Tepat sekali kalau Bung Karno berwasiat agar bangsa Indonesia jangan sekali-kali melupakan sejarah. Dari sejarah, sebuah bangsa akan bisa tahu siapa dirinya. Karena itu menjadi sebuah hal penting untuk merawat semua jejak yang ditinggalkan sejarah.

Salah satu jejak sejarah yang masih ada itu bernama benteng Ujung Pandang. Khususnya bagi masyarakat Sulawesi Selatan, benteng ini adalah jejak heroisme mereka di masa silam. Didirikan pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke 9 yang bernama Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumapparisi Kalonna, benteng Ujung Pandang memiliki peran penting dalam menghadapi ekspansi dagang VOC. Setelah beberapa kali mengalami pemugaran oleh Raja Gowa ke 10 dan ke 14, benteng Ujung Pandang digunakan Sultan Hasanuddin sebagai pusat perlawanan terhadap tentara Belanda.

Tahun 1667, kerajaan Gowa akhirnya bisa ditaklukkan oleh Belanda dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani isi perjanjian Bungayya (Bongaisch Verdrag) yang isinya tak satupun menguntungkan Gowa. Salah satunya adalah penghancuran semua benteng kecuali Benteng Somba Opu dan Benteng Ujung Pandang. Belanda kemudian mengganti nama benteng Ujung Pandang menjadi Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam karena Panglima Perang Belanda waktu itu yang bernama Cornelis Speelman lahir di kota Rotterdam.

Walaupun dalam perkembangannya kekuasaan Belanda atas daerah-daerah jajahan di nusantara jatuh ke tangan Jepang, namun benteng Ujung Pandang tidak diruntuhkan, Jepang hanya mengubah fungsinya menjadi pusat penelitian pertanian dan bahasa,

Masuknya Belanda kembali pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 membuat benteng Ujung Pandang difungsikan lagi untuk perang. Setelah tentara KNIL Belanda bisa dikalahkan oleh rakyat pejuang dan TNI, benteng Ujung Pandang dijadikan perumahan sipil dan militer hingga 1969. Kemudian sejak 1974 benteng tersebut menjadi destinasi wisata budaya dan pendidikan.

Jejak sejarah inilah yang diabadikan oleh PT Semen Tonasa dengan menjadikan benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam sebagai gambar logo perusahaan. Bukan sekadar menunjukkan kepada masyarakat bahwa PT Semen Tonasa ada di Sulawesi Selatan. Juga bukan semata-mata melambangkan kekokohan dan kekuatan sebuah bangunan yang masih tetap berdiri sejak abad 16. Lebih dari itu, dengan mengangkat benteng Ujung Pandang dalam logonya, PT Semen Tonasa ingin melestarikan spirit nasionalisme dan perjuangan yang diwariskan para pahlawan pejuang kemerdekaan seperti Sultan Hasanuddin.

Indonesia memang telah memproklamasikan kemerdekaannya. Era kolonialisme dan imperialisme asing memang telah berakhir. Namun hal itu hanyalah awal dari kehidupan yang baru untuk bangsa Indonesia. Perjuangan masih harus dilanjutkan untuk menjadikan Indonesia lebih merdeka dari ketergantungan terhadap kekuatan bangsa lain.

Semangat itulah yang menjadikan PT Semen Tonasa terus menjadi bagian dari sejarah pembangunan infrastruktur di Indonesia hingga 54 tahun lamanya. Sebagai produsen semen terbesar di kawasan timur Indonesia, kontribusi PT Semen Tonasa sangat signifikan.

 

https://www.sementonasa.co.id/

Mengusung tagline Kokoh, Kuat dan Terpercaya, PT Semen Tonasa hadir dengan produk Semen Portland Pozzolan. Sesuai namanya, Semen Portland Pozzolan ini terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus. Semen hidrolis ini diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur dengan kadar pozzoland 15% – 40% massa Semen Portland Pozzolan.

Mengacu pada laporan tahunan PT Semen Tonasa dari tahun 2016 – 2020, produksi semen perusahaan yang berdiri di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep (68 kilometer dari kota Makassar) itu selalu di atas 5 juta ton. Tahun 2016, terproduksi  5.965.929 ton semen. Tahun 2017 meningkat menjadi 5.975.002 ton semen. Tahun 2018 produksi semen PT Semen Tonasa mengalami penurunan menjadi 5. 637.305 ton. Tetapi tahun 2019, PT Semen Tonasa mengalami capaian tertinggi dengan memproduksi 6.146.854 ton semen. Sayangnya pada tahun 2020 karena pandemi covid-19 yang berdampak luas terhadap semua sektor ekonomi, capaian PT Semen Tonasa mengalami penurunan cukup signifikan. Biarpun demikian tetap patut diapresiasi karena dalam situasi sulit masih bisa dihasilkan 5.376.553 ton semen,

Sebagai salah satu tulang punggung pembangunan infrastuktur, PT Semen Tonasa sangat diharapkan akan terus membersamai perjalanan peradaban bangsa Indonesia. Semoga semangat nasionalisme dan perjuangan yang terpancar dari benteng Ujung Pandang terus terpasang dengan kokoh di jiwa perusahaan tersebut.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Melalui tulisannya berjudul “Corporate Social Responsibility” yang dimuat di Buletin Ekonomi, Vol 11 No.2 bulan September 2007, Nenny Anggraini mengatakan bahwa sebuah perusahaan yang ingin berkelanjutan (sustainable) tidak hanya menjadikan profit sebagai orientasi tunggal melainkan harus memperhatikan dua aspek lainnya. Perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan banyak orang, baik tenaga kerjanya maupun masyarakat sekitarnya (people) dan ikut serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan (planet). Ketiga aspek (profit, people dan planet) inilah yang dikenal sebagai Triple Bottom Line. Implementasi dari triple bottom line orientation oleh perusahaan adalah Corporate Social Responsibility (CSR).

Selain menghasilkan produk semen.berkualitas, kontribusi PT Semen Tonasa untuk Indonesia juga ditunjukkan dalam bentuk program CSR atau yang mereka sebut dengan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Bermitra dengan Pemkab Pangkep, dinas terkait, lembaga penelitian, LSM, perusahaan lain di Pangkep dan masyarakat lingkar, PT Semen Tonasa menetapkan 4 sasaran dari program TJSL yaitu:

  1. Meningkatkan kesehatan dan mempromosikan budaya hidup sehat bagi masyarakat lingkar dan karyawan PT Semen Tonasa.
  2. Meningkatkan kualitas pendidikan yang berkesinambungan dan memberikan manfaat bersama.
  3. Kemitraan dalam menjalankan program ekonomi yang berorientasi pada kemandirian masyarakat.
  4. Pengelolaan kawasan desa lingkar untuk mengurangi dampak operasi, kelestarian lingkungan dan dukungan energi.

Salah satu kegiatan yang sudah terlaksana sebagai bagian dari program CSR adalah penanaman 150 ribu Mangrove dan bersih-bersih pantai dari sampah plastik. Terselenggara pada tanggal 2 Oktober 2022,  program peduli ekosistem laut itu dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Laiya, Pulau Polewali dan Pulau Karangrang.

Masih banyak lagi program TJSL yang telah dijalankan PT Semen Tonasa. Semua program tersebut dilaksanakan di atas lima pilar yaitu Tonasa Mandiri, Tonasa Cerdas, Tonasa Sehat, Tonasa Bersahaja, dan Tonasa Hijau.


Sumber: Semen Tonasa

Komentar